more Quotes

Thursday, April 5, 2012

seorang gadis dan 7 pengelana

        Perkenalkan namaku Nida, aku mempunyai 7 orang kakak. Ya mereka memang bukan kakak kandungku, mereka itu pengelana dari negeri seberang. Mereka izin tinggal untuk beberapa waktu di gubuk tua peninggalan nenek ku ini. Awalnya aku takut karena kedatangan mereka, tapi lama-lama aku merasa senang mereka tinggal di sini. Semenjak ada mereka, aku tidak merasa kesepian lagi .Mereka sudah seperti kakak ku sendiri.
        1 bulan... 6 bulan.... 1 tahun....., dan hampir genap 2 tahun kami pun telah tinggal bersama. Ya seperti layaknya  kakak-adik kebanyakan, waktu yang cukup lama itu kami hiasi dengan canda gurau, tolong menolong,  pertengkaran, tangis, dan semua perasaan telah kami rasakan bersama. Rasa kekeluargaan kami semakin erat terasa. Ya walaupun terkadang kami suka bertengkar, tapi pertengkaran itu selalu di akhiri dengan berbaikan kembali, dan selalu ada pelajaran yang kami ambil dari pertengkaran itu.
        Dan kini genap 2 tahun mereka tinggal bersama ku. Dan aku pun sedih harus mendengar kembali kata-kata itu. "Kami harus pergi, Nida..." ya... kata itu. Mengapa kata itu harus kembali terucap dari bibir mereka. Kalau dahulu aku bisa merengek dan membujuk mereka untuk tetap tinggal bersamaku, tapi sekarang sudah tidak mungkin lagi.
        Mereka berkata bahwa mereka harus melanjutkan perjalanan mereka. Melanjutkan perjalanan demi mencapai sebuah tujuan. Mereka tidak bisa hanya tinggal di satu tempat, karena waktu akan terus berputar. Mereka harus tetap melangkah dan melangkah, sampai akhirnya mereka sampai di tempat tujuan mereka.
        Dan aku pun memberanikan diri untuk bertanya kepada mereka "Jika kalian pergi demi mencapai suatu tujuan, apakah aku bisa menyusul kalian? Aku akan merindukan kalian." Dan mereka pun menjawab "Tentu. Kamu pasti akan menyusul kami suatu saat nanti. Dan kami akan selalu menanti hari dimana kita bisa bersama lagi" Mendengar kata-kata itu, aku pun menenteskan air mata. Aku benar-benar akan merasa kehilangan sesuatu yang berharga. Beda hal nya dengan kehilangan mainan kesayanganku, beda halnya dengan kehilangan uang yang jatuh di aliran sungai. Rasa kehilangan ini, seperti kehilangan sebagian dari hidupku.
        Seakan tak mau kehilangan, aku pun terus menangis di saat mereka akan pergi. Tapi salah satu dari mereka menghapus air mata yang jatuh di pipi ku sambil berkata "Nida.... kamu tidak boleh menangis lagi. Ayo tersenyum. Kami akan selalu merindukan senyum mu itu." Tapi bukannya mereda, tangisku malah semakin menjadi-jadi. Sambil berusaha menahan suara tangis yang pecah aku bertanya kepada kakak "Apakah kalian tidak bisa tetap disini?" Dan kakak pun menjawab sambil tersenyum "Tidak bisa Nida.... Waktu telah memutuskan kami untuk kembali melangkah." "Tapi mengapa waktu membiarkan kita berpisah? Apakah waktu juga bisa mempertemukan kita?" tanyaku kembali. Lagi-lagi dengan tatapan lembut mereka menjawab "Jika semua berubah itu pasti karena waktu. Waktu yang mempertemukan kita, maka waktu juga yang akan memisahkan kita. Semua bergantung pada usaha kita agar kita bisa kembali dipertemukan pada waktu yang tepat. Sampai jumpa Nida.... Kami akan menunggumu mencapai tujuanmu suatu saat nanti. We always love you." Dan itulah kata-kata terakhir yang mereka ucapkan saat mereka melambaikan tangan ke arahku.

Salam hangat,
Fatwah Diniaty